Rabu, 13 Juli 2011

Hantu Suluh

Oleh : Linda Edogawa Kudo
“ Hmmm … sini, Cu ! Duduk di sini ! “ ajak lelaki tua itu memangggilku
Aku duduk di sampingnya
“ Kayi(1) mau cerita apa lagi ? “ tanyaku penasaran
“ Memangnya kamu mau dengar cerita tentang apa dari kayi ? “ tanya beliau sambil mengusap-usap kepalaku
“ Emmm … gimana kalau cerita yang horror, adakan kayi ? “ tanyaku
“ Benar kamu mau dengar ? Tidak takut ? “ tanya beliau lagi menggodaku
“ Wah … kayi jangan salah sangka yah ! Gini-gini aku jagoan loh di sekolah ! “ jawabku sambil memamerkan ototku yang mungkin sebesar biji jagung
Kayiku tertawa terbahak-bahak. Aku juga tertawa.
“ Nih, dimakan wadainya (2) ! “ tiba-tiba niniku (3) datang membawa secangkir kopi untuk kayiku dan sepiring wadai ulin-ulin (4)
“ Makasih, Nini ! “ kataku langsung mencomot wadai ulin-ulin itu.
“ Gimana kalau kakek cerita tentang hantu suluh ? ‘ tanya kayiku menatapku
Aku terkejut
“ Wah, boleh kayi ! “ jawabku

“ Suatu malam, kayi pulang sendirian habis memancing, soalnya kawan-kawan kayi sudah pulang lebih dulu. Kayi menyusuri jalan setapak yang jarang dilalui orang, suasananya menyeramkan, sunyi dan yang pastinya gelap sekali karena hari sudah menunjukkan pukul setengah satu malam. Kayi hanya mengandalkan cahaya bulan sebagai penerangan. Kayi terus saja berjalan. Tiba-tiba kayi melihat ada seberkas cahaya di kejauhan, mirip orang yang membawa suluh (5) . Lalu kayipun mempercepat langkah kayi, mencoba mendekati cahaya itu. Namun, semakin kayi berusaha mendekati cahaya itu, cahaya itu justru semakin menjauh. Lalu, kayi mempercepat lagi langkah kayi sambil beruasaha memanggil-manggilnya. Orang yang membawa suluh itupun berhenti, kayi mengejarnya. Anehnya lagi saat kayi sampai di tempat orang itu berdiri tadi, kayi tidak menemukan apa-apa, cahaya itu lenyap. Bahkan, bekas yang menujukkan ada tanda-tanda bekas orang membawa suluh di sanapun tidak ada. Akhirnya kayi baru menyadari bahwa yang kayi lihat itu adalah makhluk halus yang biasa di sebut orang-orang di kampung kita dengan nama hantu Suluh “ ujar kayiku bercerita sambil kadang-kadang menghisap rokok.
Bulu kudukku berdiri. Aku bergidik mendengar cerita kayi barusan.
“ Lalu setelah kayi sadar bahwa orang itu tadi adalah hantu suluh, lantas apa yang kayi lakukan ? “ tanyaku penasaran
“ Ya … kayi terus saja berjalan “ jawab kayiku sambil tertawa
“ Wah … kayi hebat yah ! “ kataku bangga sambil tertawa
Kayi menepuk-nepuk pundakku.
“ Assalamualaikum, Pak Haji Adul ! “ tiba-tiba sebuah suara memanggil nama kayiku
“ Wa alaikum salam, ada apa Man ? Kok tumben malam-malam begini kemari ? “ tanya kayiku sambil menyalami orang yang datang itu
“ Anu … Pak Haji, Pak Sabri meninggal dunia “ kata orang itu
“ Innalillah … Pak Sabri yang rumahnya di ujung jalan Kenari itu kan ? “ tanya kayiku
“ Iya, Pak Haji “ jawab orang itu
“ Baik, saya akan berangkat ke sana “ kata kayiku lagi
“ Terima kasih yah Pak Haji sudah mau membantu, saya pulang dulu “ kata orang itu sambil meyalami kayiku dan lantas pergi
Kayiku langsung menurunkan sepeda ontanya dari rumah.
“ Mau ikut, Cu ? “ tanya kayi kepadaku
Aku senang kayi mau mengajak aku.
“ Boleh, kayi ? Mau ! “ jawabku
“ Ayo naik “ ajak kayiku
Akupun duduk dibonceng kayiku bersepeda onta (6)
Sepanjang perjalanan, mataku tak henti mengawasi di sekeliling jalan. Jalan yang dilalui ternyata sangat gelap dan jarang rumah penduduk ada. Aku merinding
“ Orang yang meninggal itu rumahnya di ujung jalan ini, Cu ! “ kata kayiku menjelaskan
“ Oh … “ jawabku pendek.
Sepulang dari melayat itu, kamipun melewati jalan setapak tadi lagi. Aku benar-benar tegang melewati jalan setapak ini. Aku melihat arlojiku, jam menunjukkan pukul dua belas malam.
Tiba-tiba di belakang sepeda kayiku aku melihat ada seberkas cahaya berjalan. Seperti cahaya suluh. Akupun teringat cerita kayiku di rumah tadi. Aku semakin tegang karena cahaya itu makin mendekat. Aku ingin mengatakannya pada kayiku tapi tiba-tiba cahaya itu menghilang. Aku semakin yakin bahwa cahaya itu adalah hantu suluh.
“ Nah … sudah sampai, Cu ! Ayo turun ! “ tiba-tiba suara kayiku membuyarkan lamunanku
Akupun bersyukur karena ternyata kami sudah sampai ke rumah kami.
“ Eh, Pak Haji Adul yah yang tadi di depan saya ? “ tanya seorang laki-laki sebaya kayiku
“ Tadi Bapak juga melayat ? “ tanya kayiku
“ Iya, tadi saya berjalan di belakang Bapak, tiba- tiba saja suluh saya padam, untung sudah dekat rumah ! “ jawab laki-laki tadi
Kayiku tertawa
“ Jadi yang tadi membawa suluh di belakang saya dan kayi itu bapak ? “ tanyaku terkejut
Kayi, Nini, dan laki-laki itu mentertawakan aku. Aku jadi malu sendiri
“ Wajar saja, Pak ! Tadi habis isya saya bercerita tentang hantu suluh padanya, makanya bapak mungkin dikiranya hantu suluh ! “ kata kayiku sambil tertawa
Akupun ikut tertawa
“ Sudah, sudah, ayo tidur, Cu ! Nanti besok kamu bisa kesiangan bangunnya alias malandau (7) kamukan besok akan dijemput Ayah sama Bunda kamu “ kata niniku menepuk-nepuk pundakku.
Aku langsung menuju kamarku. Aku bersyukur karena yang kulihat tadi ternyata bukan hantu suluh seperti yang diceritakan kayiku, pengalaman liburan tahun ini tak akan pernah kulupakan. Aku ingin mendengar lebih banyak lagi cerita dari kayi, tapi sayang aku sudah janji pada Ayah dan Bundaku untuk pulang ke Jakarta besok.
(1) kakek
(2) kue
(3) nenek
(4) Kue yang berwarna hitam, terbuat dari beras ketan
(5) Penerangan sejenis obor yang terbuat dari daun-daun kelapa yang sudah kering dan diikat menjadi satu.
(6) Sepeda ontel
(7) Kesiangan bangun

Masukkan E-Mail Kamu


Comments :

2 komentar to “Hantu Suluh”

di tunggu berita terupdate online nya...

Anonim mengatakan...
on 

salam kenal ya? semoga bisa jadi teman blog yang baik.
salam kenal ya? semoga bisa jadi teman blog yang baik.

Unknown mengatakan...
on 

Posting Komentar

Berikan Kritik dan Saran Kalian -
dengan Mengisi Kotak Komentar di Bawah ini !!